Sesungguhnya saya dalam keadaan tidak semangat dalam menulis, mau mengetik apa ya? Tetapi melihat Kompasiana setiap hari begitu banyak tulisan saya menjadi iri bukan kepalang. Kok banyak banget ya orang yang sharing and connecting. Daripada pikiran saya muter-muter enggak karuan, saya tulis saja soal usaha makanan beku olahan (frozen food) milik istri saya. Bukan milik saya, karena saya sekedar membantu dan teman berbagi ide. Walau bagaimana pun, toh hasilnya kami nikmati berdua. Hehehe.
Ceritanya begini, selepas kami menikah tak lama istri saya berhasil hamil dan tahun depannya kami memiliki anak. Jadilah akibat perbuatan saya kepada istri saya itu dia nyaris tidak bisa beraktivitas di luar rumah. Tadinya dia bekerja sebagai peneliti sosial lepas, kalau kami sering bilang pekerja yang dilepas-lepas. Biduk rumah tangga membuatnya menghentikan langkah untuk mengejar cita-citanya itu.Tetapi dia tidak tinggal diam dan tidak pula membuatnya patah arang.
Setelah anak kami mulai tumbuh besar masih kurang dari semeter tingginya, istri punya ide membuat usaha makanan. Biar idenya tak hanya diawang-awang saya kompori saja untuk mencoba dulu membuat product makanannya. Dia tentu sadar tak baik tanpa pekerjaan berlama-lama, meski menjaga anak juga bisa dikatakan bentuk kegiatan “pekerjaan” yang maha kasih dan menghabiskan waktunya. Awalnya Fey istri saya, membuat makanan beku olahan “nugget ikan lele”. Lelenya kami ambil dari kolam lele saya sendiri (akhirnya kolamnya tutup, tanah yang disewa dijual pemiliknya). Nugget lele tentu makanan beku olahan yang masih jarang di jual orang. Emang laku? Ya tentu saja laku. Kami sempat menjualnya sampai ke kota Bandung dan Jabodetabek dikirim dari Cianjur rumah kami.

Hampir setengah tahun istri berjual nugget lele. Tetapi sayang disayang karena kolam lele saya tak ada lagi dan ukuran lele yang diinginkan tak selalu ada dijual dipasar (ukuran paling tidak 1 ekor/ 1 kg untuk diambil dagingnya). Dia memutar otak mengalihkan usahanya ke nugget daging ayam saja. Sempat mikir, apakah usahanya bakal jalan karena begitu banyak nugget ayam dipasar maupun di swalayan. Ya namanya usaha harus mencari peluang. Kami buat nugget dengan iming-iming tanpa bahan pengawet. Ya benar-benar tanpa bahan pengawet. Nugget ayam pun akhirnya dijual secara online lagi. Apa tahan nugget tanpa bahan pengawet dijual lewat jasa pengiriman semacam JNE. Ya tentu tahan, asal dikirim dalam satu hari. Kalau dikirimnya dalam dua hari perjalanan ya jelas basi. Makanan cepat basi adalah pembuktian jenis makanan tanpa bahan pengawet.
Penjualan makanan lewat jasa pengiriman tentu saja beresiko tinggi. Product usaha istri saya itu pernah dikirim dalam dua hari. Alhasil basi sampai pelanggan. Kecewakah pelanggan? Ya jelas kecewa, siapa yang tak kecewa telah mengeluarkan uang malah makanan olahan yang dibelinya basi sampai ditangan. Meskipun tak sepenuhnya kesalahan kami karena makanan yang kami, kami bilang kepada pelanggan, kalau pesanannya basi sampai ditangan kami kirimkan kembali tanpa biaya alias gratis tis... tis… Segala jenis usaha memang harus mengambil untung, tetapi tidak baik merusak perasaan pelanggan. Usaha makanan itu usaha penuh perasaan. Ketika membuatnya harus penuh penghayatan dan meyakinkan diri kalau makanan ini harus dinikmati pelanggan. Kalau makanannya basi, pelanggan tentu kecewa maka mereka tak mungkin menikmati apa yang kita buat dan tak percaya lagi kepada penjualnya. Istri saya tak mau hal itu terjadi. Jadi kalau ada makanan yang telat kirim tak satu hari perjalanan alias 2-3 hari perjalanan. Dia memberi jaminan makanan diganti dan dikirim kembali kepada pelanggannya. Rugikah usaha ini? Tentu saja tidak rugi, semua diperhitungkan dengan baik. Kalau ada satu kali pengiriman gagal, toh masih ada keuntungan dari 9 pengiriman lainnya. Hitungannya sederhana saja. Hal itu membuat pelanggan percaya dengan usaha makanan olahan beku miliknya.
Oh ya, usaha makanan beku milik istri saya dinamakan NAYAFOOD. Dulu kami cari arti naya itu cinta, saya lupa dalam bahasa apa. Jadi NayaFood itu makanan yang dicintai. Itu harapan istri saya, berharap apa yang dibuatnya dapat dicintai orang, pelanggannya. “Kalau kita mencintai manusia, tentu kita harus mencintai apa yang dimakannya, “Itu yang pernah istri saya katakan. Seiring waktu istri saya sudah bisa membuat, batagor dengan 6 varian rasa, schotel macaroni goreng dengan 5 varian rasa, dan chicken katsu masih 1 varian rasa. Seiring perjalanan tentu saja pemilik usaha bakal berkreasi mengembangkan usahanya. Betul kata Bob Sadino, kalau mau usaha jalani saja dulu, toh nanti bakal mikir sendiri.

Product Nayafood belum dikatakan usaha besar masih kecil, masih dibuat di rumah. Tetapi usaha ini menghasilkan keuntungan yang lumayan. Paling tidak, istri saya bisa membeli susu dan popok buat anak kami dari usaha miliknya ini. Saya tentu saja senang istri saya punya pekerjaan yang dirintisnya dengan penuh cinta ini. Seperti dia mencintai saya dan anak semata wayang kami. Dia punya harapan suatu suatu saat usahanya bakal lebih berkembang lagi. Meskipun dibuat masih didapur dan diproduksi dari kota kecil “CIANJUR”, dia yakin nantinya usahanya bisa bisa dikenal banyak orang. Oh ya, Bulan Ramadhan ini pelanggannya jauh lebih banyak dibandingkan bulan biasanya. Ramadhan memang bilan penuh berkah.
Sebagai suami saya tentu mendukung. Kalau saya sedang tidak kerja, saya bantu mengolah dagangannya dan tak jarang menjadi kurir antar ke pelanggan dan ke jasa pengiriman seperti JNE. Seperti istri saya, saya juga punya harapan saya tak sendiri mencari nafkah. Seperti kata istri saya, yang namanya pasangan ya harus bahu membahu, bukan menyandarkan pundak dan yang satunya malah leyeh-leyeh.
Ah tak sadar tulisan ini seperti goresan curahan hati ya. Tak apalah, saya jadi punya tulisan hari ini. Bisa kayak kompasianer yang lain tetap eksis di kompasiana. Akhir kata, salam semangat berusaha dan selamat malam kompasianer sekalian.
0 komentar:
Posting Komentar